one soul


 “Ah!! Lelet terus nih!” gusar menghampiri Rian saat jemari tangannya sibuk memainkan mouse.
 
“Siapa bilang? Dia tuh bohong Rin, jangan percaya taktiknya dia buat rusuhin hubungan kamu sama Haikal,,” giliran Karin berteriak lantang di speaker handphone barunya. Karin mengepalkan tangannya dan mulai mengantuk-antukkannya ke permukaan sofa.

“Kemarin baru isi kuota, kok jadi begini sih??” Rian tak kalah geram, kembali ia bergerutu sambil terus memainkan kesepuluh jemarinya terlibat dalam percakapan via facebook.

“Oh, syukur deh kalau kamu gak termakan omongan maut dia…” Karin tersenyum puas lalu berlari ke kamar Fina mencari secarik kertas.

“Fin, minta kertas ya?” serunya meminta izin. Fina asyik melukis pemandangan di luar jendela kamarnya. Gadis kecil itu mengangguk pelan, “Gambarmu bagus, kamu berbakat!” puji Karin sembari menepuk pelan pundak Fina.

“Oke, jadi dimana alamatnya?” balas Karin bersiap dengan secarik kertas dan sebuah pena. 


sumber gambar www.google.co.id


“Aihhh…jadi minggu depan ada kelas Inggris lagi? gawat..mana belum belajar nih!” Rian menggaruk kepalanya, ia menghela nafas dan berusaha berpikir.

“Aku mengharapkan bantuanmu kawan, bahasa Inggris itu bukan keahlianku..” ia sedikit mengangguk sambil terus terpaku menghadap layar komputer.

“Terus dia tinggal sama siapa  Rin? Kok bisa?” Karin tercengang, tiba-tiba tangan kirinya sibuk mengganti channel TV Korea.

 “Eh, Rin! Secret Garden tuh di KBS, udah episode 10!” sebutnya cepat.

“Kakaaakkk!!! Penaku mana??” suara Fina memecah suasana. Rian hanya menggeleng sambil melirik Fina yang kehilangan penanya di sudut kamar, Karin lupa menutup kembali pintu kamar gadis yang masih SD itu.

“Aduh maaf Fin! Iya-iya sebentar…” sontak Karin berlari ke kamar, ia meletakkan handphone-nya di sofa.

 “Udah sampai mana gambarnya?” tanya Karin mencairkan suasana.

“Lagi gambar hujan gerimisnya Kak, abiss, diluar lagi hujan tuh!” tunjuk Fina pasti.

“Hujan?? Ya ampunn, jemurannya??” tanpa pikir panjang Karin berlari ke halaman belakang, sejenak ia lupakan suara Rina di seberang sana, juga Drama Korea favoritnya.

“Rian,,,bantuin Kakak angkatin jemuran cepat!!” tanpa ragu, Karin menarik lengan Rian kuat.

***
“Gambar Fina bagus gak, Ma?” Fina girang saat Ibunya terpaku menatap gambar si bungsu.

 “Fina yang gambar nih?” tegas sang Mama pura-pura kurang tahu.

“Masa Mama gak yakin sih, itu asli karyanya Fina Ma,” balas Rian sambil menikmati brownies buatan Karin.

 “Tapi Ma, maaf kalau jas kerja Mama harus basah! Karin gak sadar waktu hujan turun tadi siang…” Karin berkata jujur, sebelumnya wanita itu sudah menghadiahkan sang Mama secangkir teh hangat favorit Ibunya.

“Gak apa-apa kok, asal lain kali jangan lalai sama telepon, TV, novel, komik! Ingat tuh, Kakak kan mau kuliah tahun ini, apa perlu Mama turun tangan lagi?” Karin tertunduk malu, tatapan mata sang Bunda yang lumayan tajam mampu menciptakan rasa sesal di hatinya.

“Janji Ma, Kakak bakal rajin belajar dan akan fokus untuk kuliah Kakak nanti..”
 
“Rian ingat gak pesan Papa?” singgung sang Bunda kearah Rian.
  
Lelaki remaja itu terdiam, lalu tersenyum sambil mengangguk.

 “Ya Ma, gak lalai sama internet kan? Hehe…” lagi-lagi menggaruk kepalanya yang tidak      gatal.

“Oh ya, Kak! Salin mie rebus di atas meja makan ya, biar kita makan bareng-bareng. Mumpung masih hangat tuh!” Mama tersenyum kearah Karin, Fina melonjak kegirangan, dan tiba-tiba saja telepon rumah mereka berdering.

“Papa, kami semua lagi makan mie rebus. Papa kapan balik ke rumah?” suara khas Fina menyambut telepon sang Ayah, pukul 5 sore bagai jam khusus untuk dialog-dialog ringan mereka dan Ayah. Fina kegirangan bukan main, 3 hari lagi sosok yang ia rindukan itu akan hadir memeluknya.


Anggita Rezki Amelia

@anggitaryeowook



                 
                 

Komentar