Melanjutkan Denyut Kehidupan Ahmed

          Malam ini sedikit mengeluarkan bongkahan air mata, hIkss T_T, air mata gak bisa berbohong usai mendengar ulasan singkat siaran radio NHK Jepang barusan. Walaupun tidak secara live streaming, namun informasi yang mereka berikan amat berguna bagiku. Pelajaran hidup yang membuat kita sebagai anak-anak Indonesia sepatutnya bersyukur, bahwa peluru-peluru yang tanpa memandang siapa pun korbannya tidak seperti kenyataan tanah Gaza, bahkan mereka yang asyik bercengkrama dengan teman-teman mereka di pekarangan taman, bisa jadi adalah korban selanjutnya. 

Sebuah fenomena kehidupan yang tidak bisa dipungkiri adanya, kisah pilu bocah yang terenggut nyawanya. Terhenti melangkahkan kaki, karena sebuah peluru membuat otaknya divonis mati oleh sang dokter.
                Mengharukan, sebuah cerita nyata yang menguras air mata. Memang aku tidak melihatnya secara langsung, namun ketulusan dari seorang Ayah bernama Ismael al-Khatib itu benar-benar membuatku ingin menangis. Bagaimana tidak, anak yang ia sayangi meninggal dunia dengan luka tembak serangan dari Israel ke tanah Palestina.
                Organ-organ tubuh seorang anak lelaki Palestina yang tewas di tangan seorang tentara Israel pada tahun 2005, ditransplantasikan pada anak-anak Israel atas keinginan orang tua anak itu. Seorang dokter Jepang kemudian menerbitkan buku bergambar mengenai kisah nyata ini.
                 Ya, dialah Penulis buku bergambar, Minoru Kamata. Lewat buku bergambar itulah ia ceritakan kisah Ahmed yang harus meninggalkan dunia dalam usia belia. Buku bergambar berjudul "Melanjutkan Denyut Kehidupan Ahmed" ini seakan mewakili kerasnya kehidupan disana, dimana Ahmed yang mempunyai mimpi untuk terus hidup dan menggapai impiannya di masa depan harus berakhir dengan simbahan darah penembakan liar. Ahmed pernah berkata pada Ayahnya, “Aku ingin melihat indahnya lautan,” dimana konflik membuatnya tak bisa memandangi panorama laut yang berada 30 km dari rumahnya.


(Kiri) Ismael al-Khatib yang memutuskan untuk menyumbangkan organ-organ tubuh anaknya, dan gadis penerima organ jantung anaknya.
(Kanan) Penulis buku bergambar, Minoru Kamata.


                Ismael, seorang Ayah yang luar biasa hebat!! Saat ia terdesak oleh vonis dokter yang membuatnya bungkam, otak Ahmed mati dan opsi terakhir adalah memberikan organ tubuh Ahmed sebagai transplantasi kepada mereka yang membutuhkan pertolongan. Jantung yang berdenyut itu berpindah raga, dulunya Ahmed sekarang Sammah, gadis yang menerima transplantasi jantung Ahmed. Gadis itu hidup kembali, ia bisa bernafas dan menjalani aktifitasnya.
                Ini keputusan berat untuknya, saat organ tubuh Ahmed dengan ikhlas ia berikan pada mereka yang membutuhkan. Bahkan untuk pihak Israel sendiri yang membutuhkan transplantasi tersebut. Israel yang terus menjadi musuh bagi Palestina. Mengapa Ismael tak membenci hal itu? Mengapa ia memberikan denyut jantung itu pada orang yang menjadi musuh negerinya?
                Seorang Ayah yang benar-benar berjiwa besar, ia berharap Israel mau berdamai dengan pemberian transplantasi tersebut. Namun hal itu tak kunjung terwujud, hal serupa terus menghujani Palestina, perang dan perang.
                Rakyat Palestina banyak yang mengecam aksi Ismael, mengatakan bahwa dia adalah antek-antek bahkan telah disuap uang hingga mau memberikan jantung anaknya untuk Israel. Ya, mereka hanya dapat berasumsi, namun yang lebih tahu seluk beluk Ismael dan jantung Ahmed adalah Ismael Al-Khatib beserta istrinya.
                Kini, Sammah masih tetap hidup dengan jantung Ahmed di dalam tubuhnya. Tak ada rasa sesal dari kebijakan Ismael dan sang istri. Bahkan saat dokter Minoru bertanya pada Sammah, ia berkata bahwa sering bermimpi menjadi seorang dokter suatu hari nanti. Ia bertekat mencapai mimpi itu dan kemudian menolong orang-orang di Palestina.
                Buku bergambar berbahasa inggris tersebut kiranya dapat menjadi bahan bacaan berguna bagi siapa saja untuk bisa lebih terbuka terhadap tanah Gaza. Saat radio NHK Jepang berhasil menghubungi Ismael, berikut perkataan Ismael yang lebih kurang dapat saya tangkap dari siaran tersebut.
                “Kami bukan teroris, kami punya rasa kemanusiaan seperti orang lain, bisa melihat sosok Ahmed seperti orang lain, semoga Palestina dan Israel dapat hidup damai suatu hari nanti”
                Tak ada terciprat lontaran dendam disana, hanya beberapa pengharapan dari seorang Ayah berjiwa besar. Seorang Ismael Al-Khatib yang mengikhlaskan Ahmed pergi untuk selama-lamanya.

                Air mataku mulai mengering, sedikit mendapat kedamaian dalam hati usai mendengar ulasan singkat penuh makna itu.
 it is life, and we'll never know what kind of future
Thank you so much for NHK WORLD Radio Indonesian

 ---------------------------------------------------------------------------------------------------
@anggitaryeowook
Sumber berita : http://www3.nhk.or.jp/nhkworld/indonesian


                               




               

Komentar