Kelabu di Senin Pagi

Negeri tengah berduka. Di bawah langit abu, ada cerita pilu membuat sendu. Pagi tadi, Senin (29/10/2018),  negeri berselimut duka. 

Besi terbang itu kandas, ya Rabb.  Karam di hamparan biru samudra - Mu.   Ada 189 manusia ciptaan-Mu berada di dalamnya.  Hingga kini,  kabar mereka masih tanda tanya.  Beberapa benda milik mereka ditemukan tim pencari di lepas pantai.  Ada tas,  ponsel,  kartu identitas diri. Orang -  orang tercinta menyaksikannya dari balik layar kaca,  berderai air mata menanti kabar, dalam raut cemas, dalam keadaan pasrah. 

Duka pagi ini bak secuplik kisah nyata kehidupan duniawi. Sebuah cambuk sekaligus hikmah yang mahal, alarm bagi kita yang hidup,  agar tak pernah jemu memanfaatkan waktu. Sebab kita adalah penumpang yang kini diberi waktu singgah sementara,  lalu nanti, Sang Pemilik akan memanggil kita tuk kembali pulang. 

dok pribadi


Lalu pulang,  tentu perlu bekal,  ya Rabb karuniakan kami kesempatan dan beri kami kemudahan dalam mengumpulkan pundi-pundi amal,  untuk bekal menuju pulang, ke Pangkuan-Mu. 

Duhai Sang Penguasa Jagat,  kami ini rapuh,  lemah,  tak berdaya, hidup mati kami dalam genggaman-Mu Ya Rabb. Kapanpun, di mana pun, Engkau yang tahu kapan nafas kami berhenti, lalu  jantung tak lagi berdegup. Maafkanlah laku kami Wahai Sang Maha Pengampun. 

Inna Lillahi wa inna ilaihi raaji'uun 
"Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah, dan kepada Allah jualah kami kembali. "

Semoga kesabaran dan ketabahan Allah limpahkan kepada saudara yang ditinggalkan, semoga Rabbi memberikan karunia dan kebaikan-Nya kepada para penumpang pesawat. Aaamiiinnn ya Rabbal A'laminn...

#selfreminder 



Komentar