Kelembutan Hati

Kelembutan hati manusia bagi saya adalah anugerah dan fitrah. Hati adalah bagian paling murni dari diri manusia, tempat bersemayam niat baik, kemuliaan, yang dengan hal-hal kecil hati dapat dengan cepat terenyuh, membuat kontak cepat ke organ mata sampai bisa menangis. Pada akhirnya, saya rasakan kelembutan hati itu dari adik saya sendiri, Rudi.


Waktu itu, Akhir Desember 2017, saat tahu Kakek jatuh sakit dan dirawat inap di rumah sakit, hati serasa remuk. Begitu pun Rudi. Kakek memang orang paling penting dalam perjalanan hidup saya. Ia termasuk salah satu orang tua yang memberi petuah yang paling saya ingat, apalagi saat harus memutuskan ke Jakarta. Kakek meminta saya untuk bisa jaga diri di kota besar.

Karena di rantau, saya juga Rudi tidak bisa menjenguk kakek langsung ke ruang ICU di rumah sakit tempatnya menginap. Namun saya bersyukur bunda ada di sana menemani kakek.

Usai menerima telepon dari Bunda perihal sakit Kakek, saya, Rudi dan dua sepupu saya duduk berempat. Waktu itu hari libur sehingga saya dan Rudi memutuskan berlibur sejenak di rumah Paman, menepi sejenak dari pikuknya Jakarta.

Saya pun mengajak ngobrol dua sepupu saya,mengenang sosok kakek dan saling mengutarakan keinginan agar bisa menemaninya di rumah sakit saat itu. Saat sedang asyik bercerita tentang Kakek, Rudi yang saat itu lebih banyak diam tiba-tiba menutup mukanya dengan tangan lalu terisak. 

Melihat hal itu, saya tercengang dan kaget. Ini kali kedua saya  melihat Rudi terisak seakan berusaha agar suara tangisnya tidak pecah. Bahunya naik turun, terus berusaha agar tak ada suara tangis. Namun tetap saja, seberapa keras ia  mencoba menahan, tangis sesunggukannya terdengar jua. 

gambar dok pribadi.


Kami bertiga, saya, Sarah, dan Excel terdiam lama. Kami bak mematut diri, tangis Rudi seakan membawa saya ke lorong waktu, mengenang masa-masa bertemu Kakek, dan tiba-tiba terbesit, bagaimana kalau Kakek pergi lalu kami tidak berada disampingnya? Saya pun terdiam lama, mencoba tegar meski dalam hati segala rasa campur aduk. Dalam hati berdoa penuh harap, Ya Rabb sembuhkanlah kakek kami, berikan ia kesempatan untuk bisa menghirup kembali udara sehat.

Malam itu, saya menyadari satu hal dari adik saya, yakni tentang kelembutan hati. kelembutan hatinya yang membuat ia gampang menangis. Rudi menumpahkan air matanya di kala saya dan yang lain tidak menyangka dia akan tersedu hebat saat itu.

Peristiwa malam itu pun membuat saya mengenang lagi peristiwa tujuh tahun lalu, saat harus melepas keluarga demi menuntut ilmu ke Banda Aceh. Waktu saya bersalaman dengan seluruh sanak famili di rumah, saya menemui Rudi waktu itu yang memilih tidur di ruang tamu, seperti tidak enak badan. Saya pun mengucapkan salam perpisahan sekenanya padanya, lalu melangkah maju ke luar rumah, bersiap untuk pergi merantau.

Namun saat saya akan memasuki mobil yang akan membawa saya ke Banda, Rudi tiba-tiba keluar dari rumah sambi mengucek matanya. Waktu itu dia masih pelajar SMK, dia berdiri di depan warung yang ada di rumah kami sambil tersedu. Saya melihatnya sedikit tidak percaya, karena Rudi bukan tipikal pria cengeng yang bisa menangis seperti itu. Namun hari itu pemandangan baru itu benar-benar membekas, tangisnya seakan berkata tidak ingin saya pergi. Padahal saya dan Rudi selama tinggal di rumah bukanlah dua pribadi yang sering akur, ada saja tingkah kami, bahkan kerap bertengkar berebut sesuatu.

Lalu Sore itu, tangisan Rudi menjadi sepenggal gambar lama yang masih terekam di benak saya. Itulah pertama kalinya saya melihat adik saya tersedu bukan main. Peristiwa itu juga yang membuat saya sadar, bahwa yang Maha Lembut yang telah memberikan anugrah kelembutan hati itu pada manusia ciptaan-Nya, termasuk adik saya. 

Sejak itu, saya belajar untuk tidak boleh menghakimi orang, menyebut orang ini A, B, atau C, jahat, buruk, atau jelek, tidak! Semua orang adalah pribadi-pribadi yang diciptaan Rabb, Sang Maha, Yang Punya Semuanya, tentu Rabb bisa kapan saja membolak-balikkan hati manusia, termasuk saya, dan juga kita semua. Semoga kita selalu istiqamah, memelihara hati agar terus lembut dengan kebaikan,  menjaganya agar tidak keras dengan meminta perlindungan dari Sang Maha.


"Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad, ketahuilah bahwa ia adalah hati. " (HR Bukhari No.52 dan Muslim No.1599).


Jakarta, 4 Maret 2018

Komentar

  1. Halo siang mba Anggita, saya Tiara. maaf sebelumnya menghubungi mba Anggita melalui blog ini.

    Saya ingin menanyakan ttg artikel berita yg mba buat di katadata mengenai RUPTL PLN (https://katadata.co.id/berita/2018/03/13/ruptl-2018-2027-disetujui-jonan-pangkas-jumlah-pembangkit-listrik)

    Apakah saya bisa meminta copy dari RUPTL PLN tsb atau darimana mba Anggita mendapat sumber data yg begitu lengkap itu?

    Terima kasih


    Tiara

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo Tiara..maaf saya baru balas, kamu bisa cek di sini dan bisa di donwload

      http://jdih.esdm.go.id/?page=peraturan&act=listperaturan1&id_peraturan=1768

      smoga bisa membantu

      Hapus

Posting Komentar