Seberat Zarrah

"Barangsiapa mengerjakan kebaikan sebesar zarrah pun, niscaya  dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarrah pun niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula" [Surah az-Zalzalah : 7-8]


Zarrah jika ditelusuri maknanya adalah jenis yang terkecil dari semut, orang Arab mengungkapkan sesuatu yang paling kecil dengan sebutan Zarrah.

Saya mencoba menelusuri makna 'Zarrah'. Dalam bahasa, pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutnya sebagai 'zarah' yang maknanya satu butir yang halus sekali, partikel, benda yang sangat kecil atau sel (seperti butir darah), dan bagian benda yang sangat kecil seperti molekul, atom atau elektron.


Dok pribadi


Di Surah Az-Zalzalah,  kata Zarrah menjadi amat penting, sebab Rabbi menunjukkan pada hamba-Nya bahwa  tidak ada yang luput dari pandangan-Nya di semesta ini. Bagi kita, melihat partikel kecil saja harus menggunakan mikroskop, namun Tuhan tidak begitu. Dia Maha Tahu, Sungguh.

Seberat Zarrah, perumpamaan bahwa tak ada yang luput, tak ada yang bisa disembunyikan. Mungkin kata itu sebagai ikhtibar buat kita, We are under His supervision, kita di bawah pengawasan yang Maha Melihat,  Al-Bashiir.

Surah Az-Zalzalah memberi kita pelajaran tentang Dia Yang Maha Adil. Apa-apa yang kita perbuat, baik atau buruk, kebaikan atau maksiat, semua dalam genggaman-Nya dan tercatat rapi. 

Dia memberi kita petunjuk jalan, memberi tanda-tanda kebesaran-Nya di hamparan bumi yang tidak abadi ini, lalu mengapa masih berpaling? Kadang bersyukur saja kita terbatas, masih mengelukan dunya yang makin tua ini.  Oh Lord, forgive us

Seberat Zarrah menjadi pesan buat kita yang masih berpijak, berupayalah mengejar Rahmat-Nya, ampunan-Nya, Cinta-Nya. Selain Maha Pengampun, Dia Maha Baik. 

Jangan sungkan menghadapkan diri, bersimpuh, tumpahkan keluh kesahmu, wahai Anak Cucu Adam. Sebab dia lebih tahu apa yang terbaik buat kita.

Seberat Zarrah, Ketika Tuhan berjanji dalam Firman-Nya untuk memberi ganjaran atas laku dari  tiap-tiap kita, dari yang berlaku baik hingga melampaui batas. 

Kita yang sudah dikaruniai akal dan pikiran, sudah sepatutnya bersyukur, memohon ampun, tanpa jemu. Sebab kita manusia biasa.



“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar [39]: 53).





Komentar