Tak Berkumpul Bukan Berarti Lupa


Takbir bergema, menyeruak dari corong pengeras suara di mesjid. Sahut-menyahut pujaan untuk empu-Nya semesta mengalun-alun di telinga.

Idul Fitri tahun ini kembali hadir, datang setelah ramadhan usai. Kado kemenangan dari Rabbi untuk hamba-Nya. Hari istimewa untuk memohon segala Rahmat demi nikmat saling memaafkan.

Tatkala malam masih berselimut takbir, benak kian terpaut akan suasana syahdu di tanah kelahiran. Saat takbir sahut-menyahut diucapkan hingga fajar tiba. Sungguh suasana suka cita yang sederhana, dirindukan.

Foto : Dok peibadi

Malam belum juga usai, rindu rasanya bagai menumpuk. Kepada Ibu bapak di rumah, kepada adik -adik tercinta. Wahai diri yang kini terbentang jarak dengan mereka, mohon bersabarlah, lukislah kebaikan idul Fitri tanpa kehilangan maknanya.

Tak berkumpul bukan berarti lupa, karena keluarga tak lain adalah sekolah pertama. Rumah yang mengajarkanku banyak hal, dari menciptakan bahagia hingga belajar menghapus duka.

Kini, munajat bak teknologi mutakhir yang menyatukan jarak menjadi dekat. munajat malam memohon pengampunan, memohon kemudahan agar waktu berikutnya menjadi tepat melepas rindu. Momentum meraih tanganmu kembali Bu, Pak, mencium punggung kulit tanganmu yang keriput, tangan yang selama ini menengadah lama mengadu pada Rabbi. 


Foto : Dok Pribadi

Tak berkumpul bukan berarti lupa, kadang air mata kering sendiri tersapu angin. Namun Ibu tak pernah menuntut banyak, lalu bapak hanya meminta supaya kuat berdiri tegak. 

Maafkan belum mampu mengetuk pintu rumah kita di tahun ini, memeluk haru Ibu dan Bapak di hari yang Fitri. Mencium kening Ibu dan Bapak lama hingga tak kuasa jadi tersedu.

Maafkan kami belum mampu hadir di tengah-tengah kita, memutar kaset nostalgia kita memaknai hidup. Tak berkumpul bukan karena kami lupa, ada sebaris harapan semoga Rabbi memberikan kejutan indah di lain waktu. 

Kepada kalian, tak berkumpul bukan berarti lupa. Di sini, kami belajar dari mereka yang bertahan memeluk rindu. Mereka yang tampaknya kekar padahal sebenarnya mudah rapuh. Upaya mereka membalut rindu menjadi asa untuk kembali pulang adalah sentuhan semangat baru. Semangat yang memupuk diri menjadi berjiwa besar. Mencoba kuat memapah diri di segala keadaan.

Dan malam masih syahdu dengan sahutan takbir di hari Fitri. Sungguh merasa malu menyaksikan laku kami di atas bumi,  masih saja lalai menghamba pada-Mu, tak taat, bahkan lupa mengucap syukur atas limpahan rejeki yang kami rasa.

Kepada-Mu pencipta segala wujud, karunia dan rahmatilah kami menyongsong hari suci ini. Memohon agar lumuran dosa berganti menjadi fitrah. Memohon Rahmat dan kasih sayang Tuhanku.


تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّا وَ مِنْكُمْ صِيَمَنَا وَ صِيَمَكُمْ كُلُّ عَامٍ وَ أَنْتُمْ بِخَيْرٍ وَجْعَلْنَا مِنَ الْعَائِدِين وَالْفَائِزِين

Semga Allah menerima puasa kita, dan semoga sepanjang tahun ini kita dalam keadaan baik. Semoga Allah menjadikan kita termasuk dalam orang-orang yang menang.

Selamat hari raya idul Fitri
Mohon maaf lahir dan batin


Karawang Jawa Barat 
1 Syawal 1437 H
Rabu, 6 Juli 2016

~Anggita~

Komentar