Sebelum Malam Mulai Larut

Sebelum malam mulai larut, gerobak bapak berkaos putih itu sudah pulang ke rumahnya, hari ini dagangannya laku.

Sebelum malam mulai larut, pria berseragam itu sumringah disapa penumpang. Mereka berhasil dikejutkan oleh suara gelegarnya yang mirip prajurit perang. Setiap pintu bus terbuka otomatis, irama vokalnya yang lantang membuat warna baru, transjakarta yang biasanya dihuni manusia menunduk, mendadak ramai sebagian, langka melihat bapak separuh baya itu hadir di tengah-tengah mereka, Agus Salim, demikian nama yang tertulis rapi di sisi kanan seragamnya.


Sebelum malam mulai larut, remaja ABG percaya diri menyumbang lantunan dari bibirnya. Petikan gitar teman disebelahnya jadi pelengkap sebuah irama. Dia tidak sedang berdiri di bawah lampu sorot panggung yang menyilaukan mata, gadis rok mini itu hanya mencoba menyapa mereka di dalam kopaja, berharap receh demi receh masuk dalam kantong plastik yang ia bawa.

Lalu, sebelum malam mulai larut, pria berjenggot putih itu masih hafal harga minuman ringan yang berdiam di lemari pendingin, dengan cekatan ia hitung harga demi harga belanjaan yang ada. Padahal matanya mulai diserang kantuk, namun ia tepis sejenak.

Ketika malam mulai larut, 
Tak ramai lagi bising mesin kendaraan berwara-wiri
Tak banyak lagi pedagang pinggiran betah menanti pembeli
Tak banyak lagi penyanyi jalanan yang masih menggendong gitar 

Sebab, ketika malam mulai larut
Ada gejolak jiwa yang tak bisa didustakan
Mata ingin terpejam biar hanya sekena
Meski tak semua makhluk bisa merasakan berbaring di atas busa tebal
Bagi mereka trotoar sudah lebih baik menawar lelah
Menawar letih yang tak terkira
Walau deru udara buruk silih berganti masuk ke rongga
Namun di malam yang larut mereka lupa
Lupa sejenak bahwa esok 
Saat malam tidak lagi larut
Mereka harus bernaung di bawah sinar bola api raksasa
Melangkah lagi
Bernaung lagi
Berjuang lagi,
Ya, saat malam mulai larut, mereka tenggelam dalam mimpi
Bermimpi menjadi manusia baru besok pagi, 

-------------------

Jakarta, penghujung Oktober 2015

Komentar

  1. Dalam ya git. Rindukan engkaulah kami disini. Thanks tulisan barunya, ditunggu tulisan brtkt'a :)

    BalasHapus

Posting Komentar