Ada Rasa Manis Usai Berjuang

Merasa tak berdaya, hopeless, uring-uringan, saya mengaku pernah didera rasa-rasa itu. Rasa yang membuat tubuh tiba-tiba drop, lalu dering telepon dari rumah yang gencar bertanya "kapan selesainya?"
Rentetan episode per episode terjadi, perjuangan demi perjuangan, berputar kesana-kemari mencari fakta, dan semua acting tanpa rekayasa itu kini menjadi kenangan super yang terekam di kepala. 

Hampir setahun sudah, dilema skripsi menghantui saya, haha...lama memang, namun setelah ketukan palu pada 25 Maret 2015 kemarin berbunyi, rasa lega bertubi-tubi mampir dalam jiwa, lapang rasanya, tenang rasanya, benar-benar sense yang membuat saya wajib bersyukur pada Allah, kado terindah itu akhirnya datang juga wahai Rabbi. Alhamdulillah,

Dibalik kisah 25 Maret 2015, banyak kejadian yang membuat tubuh terkadang dipaksa bekerja fit hingga larut malam, berkutat mencari data pelengkap ini dan itu demi si manis "skripsi". Walau terkadang khilaf, jujur saya sempat memainkan angry bird atau zuma, atau berkelana menyapa facebook sampai betah. Menunggu dosen juga menjadi rutinitas wajib demi menyelesaikan skripsi secara beradab, haha. Meski hujan mengguyur, atau panas mendera, tak mengapa asalkan dapat pulang dengan membawa senyuman kemenangan, atas sebuah tulisan singkat bernama "ACC penelitian."

Ketika penelitian berjalan, suka dukanya itu datang berbarengan. Dari kisah menunggu surat penelitian yang memakan waktu harian, hingga menjemput informan yang terbatas dengan jam kosongnya. Tapi tetaplah, semua-semua momen itu harus dinikmati dan disyukuri, meski sesekali dilanda kecewa, tak mengapa semua harus berlanjut sampai titik darah penghabisan. (Nah, loh!)

Dibalik buku tebal bernama "skripsi" itu, pernah suatu ketika saya dihujam rasa hopeless lalu diguyur air mata. Hingga semangat dari orang-orang sekitar menjadi angin segar yang membangunkan saya dari tidur berselimut putus asa. Saatnya bangkit menuju kemenangan, menuju titik akhir untuk mengakhiri kuliah secara bermartabat.

Saat 25 Maret 2015 tiba, saya merasa bahagia bukan main, walau deg-degan karena akan ditanya ini itu oleh penguji, saya melewati perasaan berkecamuk dalam hati dengan curhat pada Sang Khalik, berserah akan semua yang terjadi, memohon petunjuk untuk hari bersejarah itu. Bunda pun tak lupa menyemangati, Ibu saya itu memang tak paham dunia perguruan tinggi, namun ia yakin saya dapat melewati semua ini dengan baik. :)

Alhamdulillah, ketika ikhtiar tetap dikerahkan, ketika doa tetap dipanjatkan, lalu sabar melekat dalam jiwa, maka Insya Allah apa pun yang menghadang, seberat apapun, life must go on, bahkan orang-orang yang kini telah sukses ternyata memiliki seambrek-abrek kisah gagal yang mereka jadikan tonggak untuk bangkit terus. So, tetaplah tersenyum, tetaplah bersemangat.

 Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. (Imam Syafii)




~@anggitaRAmalia

Komentar

Posting Komentar