Dilanda Memori Haru

Mengingat, suatu anugerah luar biasa yang diizinkan Tuhan untuk menetap sebentar di kepala, boleh diputar-putar kenangannya tiap saat, lalu jika sudah tersungkur pada satu momen paling mengharukan, ketika itulah air mata ikut serta menghias reka alamiah dari sebuah nostalgia. 

Bersyukur adalah cara seorang hamba berterimakasih atas kelancaran hidup dari Tuhan selama  ini, bersyukur atas segala rona cerita yang mampir, yang terkadang suka tertawa geli mengingatnya, atau malah terharu jika history itu terulang lagi di memori. Seperti kenangan beberapa tahun lalu, saat Bunda masih menggeluti dunia kerjanya sebagai salah satu karyawan swasta. 

Masih gelap, namun azan shubuh telah berkumandang merdu di surau hari itu, Bunda sudah siaga di dapur menyiapkan sarapan, penghuni rumah juga tak lagi terlena di atas kasur, semua bergerak menuju urusan masing-masing. Tak terkecuali kami bertiga, usai mandi dan sholat,  kami sibuk menyusun buku pelajaran sesuai roster, meraut pensil yang patah, siapkan pulpen, atau mengganti sampul buku yang lupa diganti malam harinya, jadilah subuh pukul 6 lewat itu menjadi momen mengerjakan apa-apa yang belum terselesaikan. Sampai panggilan nyaring bunda menyuruh kami sarapan menjadi pemersatu insan-insan di rumah untuk duduk sejenak di ruang keluarga, menikmati sajian ikan asin, kentang goreng, ditambah nasi goreng Bunda yang top markotop itu. Hanya si bungsu yang saat itu belum sekolah masih anteng tidur.

sumebr gambar : berbaktikepadaorangtua.com

Sarapan sederhana jadi idaman, kenyang dan bergizi sudah masuk ke badan. Namun belum sampai pukul 06.30 wib, Bunda sudah izin pamitan pada kami di rumah, usai berpakaian rapi dengan jilbab dan jas biru berpadu rok abu-abu, Bunda sudah ready berangkat ke kantor. Bersama motor hitamnya, Bunda pergi mencari nafkah, mungkin orang-orang heran melihat Bunda, pakaian sudah kantoran, tapi motor masih ketinggalan jaman. Tapi benar, motor hitam itu memang punya knalpot yang payah, asapnya lumayan mengepul, suaranya sedikit menggelegar, pokoknya kata Bunda, kalau Bunda sudah tiba di kantor, jasnya sudah resmi menempel bau knalpot. Disitu kadang saya merasa prihatin. hehe, namun disitu pula letak kenangan indahnya. 

Entah berapa lama tepatnya Bunda setia mengendarai si hitam, tak peduli dengan gengsi, prinsip hidupnya yang sederhana dan tidak muluk-muluk itu yang membuat saya jelas bangga pada Bunda. Setiap hari, senin bahkan sampai mengambil lembur ke Sabtu, Bunda jarang di rumah, berinteraksi dengan kami hanya pada malam hari saja, bahkan kadang ia mulai diterpa lelah sehingga harus segera tidur cepat. Bersama nenek, kami sudah terbiasa di rumah menunggu Bunda pulang di waktu sore, kadang rasa bahagia timbul saat Bunda pulang memboyong banyak cemilan, entah gorengan, martabak, hingga roti. 

Kadang pernah terbesit rasa kehilangan akan sosok ibu di rumah, mungkin dulu saat kami masih usia anak-anak, sering melihat ibu-ibu yang lainnya tetap duduk di rumah bermain bersama anak-anak mereka, tapi setelah menjadi dewasa seperti sekarang, rasanya tidak perlu ada penyesalan, toh semua yang telah berlalu punya pelajaran penting. Salah satunya ialah berkah Bunda diberhentikan dari pekerjaannya 8 tahun yang lalu, dengan begitu Bunda pun tak lagi harus pagi-pagi berangkat melawan hawa dingin yang menusuk tulangnya yang kian menua. Hikmah dari semua yang terjadi itu membawa Bunda tidak kehilangan semangat hidupnya, ia berjuang mencari nafkah dari sisi berbeda, yakni berdagang. Kami membuka lapak jualan di samping rumah untuk dijadikan warung mini yang menjual berbagai bahan makanan dan berbagai kebutuhan lainnya. Alhamdulillah, selang beberapa tahun merintis usaha itu, Bunda menikmati gaya barunya, menikmati caranya mencari rezki, dan waktu yang lama menetap di rumah membuatnya kini jago mengolah masakan, bahkan dagangan donat Bunda benar-benar menggoda lidah .:) 

Lagi, nikmat-nikmat Tuhan yang tersebar di muka bumi ini seakan menyiratkan makna pada kita bahwa tak perlu ada keresahan untuk gamang merintis perjuangan. Bunda, Ibu yang kami cintai itu telah menunjukkan contoh sederhana pada kami, contoh semangat kerja kerasnya yang tidak mengenal kata putus asa. Ah, hidup ini memang penuh liku, kadang kita berada di satu zona nyaman yang membuat kita lupa bagaimana nikmatnya berjuang di zona berkelok. 

Wahai yang Maha Melihat dan Maha Mendengar, terima kasih telah memeluk doa-doa kami selama ini, telah melengkapi hidup kami saban waktu, telah mempertemukan kami dengan hamba-hamba-Mu yang baik di muka bumi, nikmat yang kau berikan ini memang terkesan sederhana, namun makna dari karunia ini semua benar-benar terlukiskan dengan apik dalam hidup kami, menunjukkan betapa Engkau tidak meninggalkan kami sendirian. Terimakasih Rabbi




Komentar

Posting Komentar