Blow Up

Kamu, kamu yang sesekali menyebut-nyebut beberapa nama sambil terus menyebar pandangan ke segala penjuru. Kamu menggenggam ponsel begitu eratnya di tangan kananmu, dua kakimu tampak resah, aku menduga kamu sedang menunggu seseorang yang belum juga tiba.

sumber gambar : anna-iyagi.blogspot.com
Kamu, tetap konsisten menduduki bangku taman, tak terkecoh dengan gerobak es krim yang menggoda selera di siang yang terik. Sorot matamu seperti polisi lalu lintas yang sibuk melihat tiap sisi jalan, kamu tidak peduli dengan dua bocah lucu yang berlari ke arahmu dengan dua balon berwarna merah. Bahkan kamu tidak berucap sepatah kata pun pada keduanya, hanya memberi senyum kecut. Kamu benar-benar dingin.

Kamu, tiba-tiba menunduk memandangi layar ponsel, tak lama tanganmu mengantukkan benda canggih itu ke permukaan bangku, kamu mulai menyemburkan cacian, bunyi hantamannya begitu terasa. Jujur aku tak berani bertanya padamu ada apa, kamu benar-benar penuh amarah. Lalu ponselmu terkapar di atas rerumputan hijau, tak kamu pedulikan, tak juga kamu pungut kembali.

Akhirnya, kamu melangkah pergi meninggalkan bangku, juga ponselmu. Kamu memukul-mukul keningmu kuat, merutuk diri dengan kalimat penuh kecewa. Kamu pun berlari ke pinggir jalan, ingin menerobos lalu lalang kendaraan siang. Saat niatmu sudah mantap, sepatu hakmu berulah, kamu terjatuh lalu mencium aspal hitam. Kamu meringis perih, misimu sepertinya gagal.

"Cut!!!"

Aku mendengar suara lantang itu membahana. Akhirnya pria berkumis itu membolehkanmu menghampiri gerobak es krim. 

(Flash fiction- Blow up)

Komentar