Masih Ada Yang Lebih Indah

Tuhan punya banyak cara untuk menyempurnakan mimpi hamba-Nya. Cara terbaik untuk memahami jalan yang dituntun Sang Pencipta ialah dengan memahat rasa syukur dalam diri. Tidak ada yang lebih indah ketika seorang insan mampu menguasai dirinya menjadi berarti lewat bersyukur. Ini bukan akhir, ini awal untuk menemui gerbang mimpi itu, jangan takut bukan?  :)

Hari ini, wajah sendu yang coba ia sembunyikan berganti dengan rangkaian senyuman penuh suka cita. Tidak mudah memang, rute yang sedemikian terjal di hari kemarin terbayar dengan dentuman rasa kecewa. Ah, biarlah, aku pikir ini cara Sang Khalik menguji manusia untuk berteman dengan peristiwa-peristiwa pelik, namun akan menjadi indah di suatu hari.

Gadis itu sudah menghapus pelan air matanya, usai shalat magrib ia mulai berkemas memasukkan baju-bajunya ke dalam ransel. Sang Ibu turut membantu, garis wajahnya seakan menunjukkan ketegaran yang luar biasa. "Mungkin jalannya dia jadi atlit ya," seru Sang Ibu sembari tersenyum. Ia ingatkan kami tentang pertandingan olahraga anggar yang akan diikuti gadis sulungnya bulan depan."Mana tahu jadi atlit go Internasional sampai ke Korea," sela temanku dengan yakin. Aku bersyukur, di saat-saat seperti ini,  si Gadis dikelilingi oleh perasaan positif untuk tidak menyesali hal-hal yang telah lalu.

foto : www.holidaybug.co.za
Aku melongo ke teras depan, Sang Ayah si Gadis duduk menikmati udara malam, kemeja hijau putih kotak-kotaknya tampil cerah dipantulkan cahaya lampu. Tentu saja ia sedang mengalami gejolak kecewa yang mendalam, aku melihat wajahnya yang dingin namun sebenarnya tengah bersedih. Hebatnya, pria bertubuh kurus itu tidak mengeluarkan bongkahan air mata seperti dalam pikiranku, pandangannya hanya lurus ke arah pohon kelapa di utara. Aku tak berani mengganggunya yang tengah menikmati semilir angin. 

Usai makan malam sekenanya, Sang Ayah, Ibu, dan si Gadis berpamitan padaku dan kedua sahabatku. Ah, lagi-lagi aku salut pada ketegaran perempuan berkepala empat itu. "Apapun hasilnya, tante mau temani anak tante di pengumuman nanti," itu kata-kata yang ia lontarkan kemarin, sehari sebelum hari pengumuman tiba.

Benar memang, aku tak melihatnya menangis sendu, atau malah merutuk nasib yang tidak adil. Kedewasaannya dalam berpikir membuatku yakin, semua hal yang terjadi kemarin adalah guru yang berharga, maka biarlah kisah ini menjadi dongeng manis untuk anak cucu si Gadis kelak bahwa orang tuanya bukanlah pecundang yang mundur karena takut. Kita berjuang bukan? :)

foto : berniesiegelmd.com
***

Hampir sebulan si Gadis berjuang di tanah Kutaraja, mencoba mengerahkan pikiran dan tenaga, untuk mewujudkan cita-citanya menjadi bagian dari petugas keamanan negara. Tahap demi tahap ia lalui, bahkan tak menyangka sudah hampir mendekati tes akhir menuju puncak pengumuman lolos seleksi. Bersaing dengan ribuan pendaftar telah ia lalui. Aku menyaksikan kisahnya bergelut dengan antrian panjang, soal-soal yang berjumlah ratusan, hingga kesanggupannya melakukan olahraga fisik dengan cukup kompeten menurutku. Hampir sebulan kami bersama melalui berbagai kisah, hampir sebulan pula ia tidak pulang ke rumahnya demi kompetisi ini. Ya, waktu itu tangisnya pecah tatkala mengingat mereka yang di rumah, hari itu rasa sedihnya membuncah di tengah malam. 

Perjalanan si Gadis yang lumayan panjang tak lepas dihinggapi berbagai situasi, mulai dari rasa berang, sabar, kesal, bahagia, sedih, hingga lelah yang cukup menyita waktu. Semua telah terjadi, aku kembali yakin tentang ikhtiar yang akan dijawab Sang Khalik jika kita sudah berusaha semampu, seyakin, seoptimis yang kita mau. Tuhan tidak tidur untuk mendengar pinta kita. Percaya itu.

***
Pria itu pasti bangga dengan perubahan yang terjadi pada si Gadisnya yang sudah dewasa. Ia tak lagi merengek seperti bayi yang menginginkan sesuatu, ia juga bukan anak-anak yang mudah terpengaruh, ia adalah si sulung yang sudah berusaha memompa semangat berjiwa besar untuk menghadapi rute yang sudah ia lalui selama ini. Aku bangga pada si Gadis yang tegar, namun masih punya mimpi untuk ia retaskan di alam nyata. Bukankah sesudah kesulitan itu ada kemudahan? :)

Di malam yang mulai dingin, ketiganya berpamitan untuk kembali ke rumah. Dua lelaki dan seorang dara kelas 1 SD sudah menunggu kedatangan mereka di rumah yang sederhana itu. Mereka mungkin rindu dengan canda tawa yang mereka gurau bersama, atau nostalgia masa lalu yang jadi bahan obrolan malam mereka. "Hati-hati ya, istirahat kalau udah lelah bawa motornya," aku mengingatkan Si Ayah pelan. Entah mengapa aku merasa semua ini adalah sebuah kemenangan yang wajib disyukuri.
  
foto : gde-fon.com
Laju motor mereka bergerak pelan, tak lama menghilang di persimpangan jalan, menerobos gelapnya malam.

Wahai hati, jangan bersedih diguncang nestapa dunia, kelak air mata akan berganti bahagia jika Tuhan telah menetapkan kapan waktu yang tepat. 
Wahai hati, jangan simpan amarah, bukankah jalan yang mulus juga punya kelokan yang terjal?
Maka serahkan pada Yang Maha Mendengar, jangan gamang menikmati hidup yang sebentar, jangan lelah berusaha, karena sesudah kesulitan itu ada kemudahan.


Terimakasih untuk cerita kehidupan dari kalian, dengan begitu, aku belajar banyak tentang bagaimana menjalani roda kehidupan. :)
Aceh Besar ,29 Mei 2014
@anggitaRAmalia


Komentar