Semangkuk Kolak Durian

"Jujur itu gak hanya berlaku di bisnis saja, di kehidupan juga iya, biar berkah hidup kita," kalimat itu spontan membuat benak saya menyetujui seratus persen ucapan wanita paruh baya itu. Kami berdua tengah duduk anteng dibawah atap sederhana sebuah mobil pick up. Lapak jualan Ibu tersebut lumayan kreatif dan cozy. Bak mobil pick up hitam tersebut disulap jadi tempat ia berjualan. Unik, ada dua buah durian menggantung di sisi kiri mobil yang jika dilihat dari luar seperti kedai orang Jepang yang jualan takoyaki di pinggir jalan. 

Namanya Zubaidah, tadi siang adalah awal perkenalan saya dengan beliau. Niat mau beli kuliner pinggir jalan bernama somai jadi pupus waktu saya baca banner "Kolak Durian".  Saya disambut ramah oleh Bu Zubaidah, ia menawarkan saya kolak durian. Tadinya saya minta kolak tersebut dibungkus saja, namun ntah mengapa naluri "suka nanyak ala wartawan" itu loh yang membuat saya nangkring sejenak di warung mini Bu Zubaidah. Gerimis pelan membuat saya spontan meminta izin Bu Zubaidah buat duduk lesehan dengannya. Alhasil, percakapan pun berlangsung, dari ngomongin jajanan sehat ala durian, bisnis kolak durian, status Bu Zubaidah dan suaminya yang merupakan pendatang dari Medan, hingga ngomongin masalah 'integritas', sampai karakteristik orang Aceh. So how??

gambar ilustrasi ini saya kutip dari food.detik.com

Saya yang notabene gak begitu paham betul masalah dapur, dengan senang hati Bu Zubaidah paparkan satu persatu bahan-bahan yang membuat kolak duriannya bikin lidah geregetan. Mulai dari pengolahan gula aren yang tanpa pengawet, sampai pemilihan sirup yang pas biar kolak gak amburadul rasanya.Well, nice info bagi saya yang mengaku masih awam untuk mempraktekkan pembuatan kolak durian ini. Hehee..

Lalu kenapa ngomongin integritas sih?

Yah, ceritanya berawal ketika Bu Zubaidah memaparkan bagaimana berbisnis versi-nya yang tidak mengenal kata "tidak jujur" dalam melakoni bisnis berjualan. Baginya, jujur itu gak hanya berlaku dalam dunia niaga, namun juga berlaku dalam menjalani hidup sebagai seorang insan. "Kalau kita curang waktu jualan, pasti harga akan dibuat murah,  memang sih kekayaan akan datang dengan cepat, namun kita akan jatuh dengan hebat pula," tegasnya. 

Bangga rasanya bisa berdialog sejenak dengan orang-orang yang mengedepankan kata 'jujur' seperti beliau. Kekhawatiran saya akan pupusnya nilai-nilai kejujuran di muka bumi seakan sirna sudah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan jika 'jujur' dibangun karena taat pada sang Pencipta.

Di sela-sela diskusi santai kami, rombongan simpatisan partai lokal yang melaju di Pemilu tahun ini konvoi melewati jalan utama kopelma Darussalam. Ada wajah anak-anak muncul menyemarakkan konvoi tersebut. "Inilah pesta demokrasi, semoga gak ada lagi kejadian tembak-menembak kayak kemarin, jujur Aceh itu orang-orangnya baik dan ramah, jangan sampai emosi melarutkan kita," kurang lebih seperti itu ungkapan yang terucap oleh Bu Zubaidah, ia berharap tidak ada lagi simbahan darah di bumi Aceh. Katanya, orang Aceh itu terkenal dengan sikap baik dan ramah, juga santun.  Ya, saya berharap demikian pula. Aceh di luar sana masih terkenal dengan budaya santun dan ramahnya, mirip seperti slogan visit Aceh "Peumulia jamee adat geutanyoe," indah betul Aceh kalau damai begini yak :)

Lalu waktu pun berlalu hingga membangunkan saya agar tidak larut. Usai sudah diskusi ringan pembuka perkenalan kami. Semangkuk kolak durian pembuka cerita, saya sudah menghabiskannya lahap sambil duduk lesehan. Jujur, saya kekenyangan dan lupa makan nasi usai menikmati semangkuk kolak durian itu. 
 
Saat dua orang pria turun dari sepeda motor mereka, saya lihat si Ibu sudah bersiap menyapa keduanya dengan ramah. "Mampir dek, mampir," katanya nyaring. Dia terkekeh pelan mengaku belum lancar berbahasa Aceh, perlahan saya coba berbisik lirih padanya, "bilang gini buk, piyoh-piyohhh,"

-------------------

Oh ya, bagi yang ingin mencoba kolak durian, monggo wara-wiri di jalan utama Unsyiah, kawasan Darussalam pokoknya. Semoga dapat menjadi alternatif kuliner yang kalian minati. Untuk harganya, kalau saya taksir rasanya sudah pantas untuk dihargai seperti itu. Selain halal juga bergizi, dipilih-dipilih, hanya sepuluh ribu :D


@anggitaRAmalia

Komentar

  1. jujur, saya mau itu kolak durian (_ _")

    BalasHapus
    Balasan
    1. Monggo ke Banda Aceh om sea..itu bu Zubaidah pasti seneng
      banget ada yang dari jauh mau kolak durian :D hehe..

      Hapus

Posting Komentar