EARTHQUAKE IN WEDNESDAY

by : Anggita Rezki Amelia
@anggitaryeowook

       Saat gempa berkekuatan 8.5 SR mengguncang Aceh kemarin, manusia di bumi Aceh berhamburan menyelamatkan diri keluar rumah. Hentakan tiada henti yang berlangsung beberapa menit itu benar-benar menyita pikiran setiap insan yang menyangka hari rabu, 11 April 2012 kemarin adalah sebuah bencana besar. 

          Tsunami pernah terjadi di tanah Aceh 8 tahun silam yang menyulap serambi Mekah bagai kota tanpa penghuni dengan serakan bangunan yang hancur, bahkan mayat-mayat yang bergelimpangan. Tak ada yang bisa berkata banyak melihat fenomena hari itu, ketika amukan gelombang laut tak mampu ditembus dengan ketinggian setara pohon kelapa. Aceh, hari itu wajahnya pucat pasi, berbagai sayatan luka memenuhi wajah Aceh, darah yang mengering, tubuh yang terbakar hitam legam bahkan sering ditemui tanpa busana, pemandangan miris begitu menusuk hati, Aceh, tangisnya meledak saat bertemu 26 Desember 2004.
           
                kepanikan di Mesjid Raya Baiturahman Banda Aceh (www.google.co.id)                     

  

           Rabu itu cuaca mendung dan sedikit berangin, bangunan kokoh itu berguncang bahkan tanah yang tengah dipijak bergetar perlahan. Kepanikan dan rasa takut mencuat segera, silih berganti zikir dipanjatkan. Pukul 15.40 WIB, saat itu azan ashar akan segera berkumandang.
             
   Kepanikan menjadi-jadi tatkala gempa mereda dan kegaduhan manusia memikirkan efek gempa bernama Tsunami. Berlari, berhamburan, tak ada yang memikirkan satu sama lain lagi, semua sibuk, bungkam, menangis, kebingungan, berteriak, kaku, takut, sepertinya tak ada senyuman tersungging hari itu.
          
       Sepeda motor berserakan di sepanjang jalan dengan tujuan merapat ke tempat yang lebih tinggi. Alarm pertanda Tsunami sudah terdengar dari  Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banda Aceh. Ketika semua sibuk menyelamatkan diri, kecelakaan murni terjadi begitu saja. Kecelakaan yang membuat orang lain menjadi enggan menolong, karena bagi mereka menolong akan memperlambat langkah kaki mereka menyelamatkan diri.
          
          Hembusan angin perlahan meniup pelan raga-raga yang tengah gundah menunggu kebenaran, walau masih ada sebagian yang bertahan di rumah-rumah mereka, di atas atap mereka, di lantai atas rumah mereka, demi tujuan menyelamatkan diri dari amukan air yang ternyata tidak naik.
           
       Semua belum kembali normal menjelang magrib, jalanan kecil masih sepi namun jalan raya masih padat dengan mereka yang sudah frustasi dan trauma. Pemadaman listrik semakin membuat cekam hari itu, membuat hari Rabu dibalut momok mengerikan yang setiap orang sekejap lupa akan kesibukan mereka, rabu itu orang-orang sibuk memanjatkan doa, memohon pertolongan pada Allah Yang Esa.

  Menurut Sri Woro B Harijono Kepala BMKG, ia menuturkan bahwa ada 4 syarat terjadinya tsunami. Hal ini ia sampaikan saat jumpa pers di kantor BMKG, Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (11/4/2012). Syarat-syarat tersebut ialah, kedalaman gempa kurang dari 70 km, pusat gempa di dasar laut, besaran gempa lebih dari 7 SR, dan patahan lempeng naik-turun atau vertikal(http://news.detik.com)

  Waspada mutlak perlu dilakukan untuk mengantisipasi bencana yang datang, berbekal pengetahuan yang cukup di dukung untuk tidak segera panik dan bersikap tenang merupakan langkah awal yang setidaknya dapat meredakan kegelisahan di saat situasi genting menerkam.
 
          Terpenting ialah mengetahui 3 pesan dari BMKG berikut, 3 pesan yang sering kali membuat sebagian orang masih belum mengetahui maknanya, yakni status ancaman tsunami. Awas, Siaga, Waspada, adalah kalimat penting dalam memaknai sirine yang berbunyi sekaligus mengabarkan pesan tentang bahaya tsunami. Jika pesan tersebut ialah AWAS, berarti ancaman tsunami yang terjadi diperkirakan lebih dari 3 meter. Bila SIAGA, ancaman tsunami yang terjadi diperkirakan 0,5 meter - 3 meter, dan bila WASPADA, berarti ancaman tsunami yang terjadi diperkirakan kurang dari 0,5 meter. (http://news.detik.com)
dikutip pula dari beberapa sumber : http://news.detik.com

Komentar

  1. Mengharap Anugerah dari sebuah bencana
    Ku dengar kabar berita itu
    Ku ingat lagi betapa Maha kuasanya Engkau Illahi Robb,
    Tapi jangan kau timpahkan lagi di bumi aceh…
    Bumi yang tak pernah sepi…
    Melafadzkan nama besar-Mu
    Aceh ,jangan sampai bersedih lagi…

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aminnnn...
      terima kasih atas doanya kawan...
      kami juga berharap bumi aceh tidak lagi tumpah air
      matanya ^_^

      Hapus

Posting Komentar