From Sunset to Sunrise
Beranjak
lagi. Dahsyat sekali waktu ini bergulir. Rasanya 2016 baru terjadi kemarin,
kini sudah disambut kembali dengan tahun baru. Pertanda bahwa hidup mustahil
seperti mesin waktu Doraemon.
Di kampung
bernama dunia ini, segala ‘kedinamisan’ muncul di hadapan kita, segala
peristiwa, entah itu teknologi, tumpah darah perang, kebahagiaan, segala nuansa di tiap-tiap sudut bumi. Semua terangkum dalam 365 lembar halaman. Hari
yang kita rasakan, kita lalui, kita lihat sendiri, tiap tahunnya.
(dok.pribadi) |
Di atas bumi,
milyaran dari kita menghadapi kehidupannya. Menikmati jalan ceritanya, dari
pagi ke petang. From sunset to sunrise.
Lalu kita, adalah
bagian dari milyaran manusia yang masih bertahan. Bertahan di atas tanah yang
entah kapan akan bergoncang hebat setelah terakhir kali menghentak Pidie Jaya.
Kita, adalah bagian dari milyaran manusia yang masih bernafas. Bernafas di atas
bumi yang umurnya terus menua.
Beruntung,
kita adalah bagian dari milyaran manusia yang masih diberi kesempatan, masih
diberi kelapangan rongga hidung untuk tak henti mengambil nafas, lalu
membuangnya dengan gratis. Kita masih bisa berjalan ke sana ke sini, tanpa ada
rantai yang membelenggu kedua kaki. Masih bisa makan ini itu, tanpa ada
pantangan atau kendala sama sekali. Sungguh Kebaikan Rabbi yang acapkali lengah
dalam lantunan syukur kita. Sebegitu sombongkah kita?
From sunset
to sunrise, matahari pun tak jemu menjalankan titah-Nya membayangi bumi.
Membantu planet ini untuk merasakan udara terbaik, dari hari ke hari, dari
tahun ke tahun.
Semoga
perbaikan diri dan kebaikan selalu menyertai kita yang masih tersisa, yang
masih bertahan dengan semesta, hingga tutup usia.
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”. (QS. Ar-Rahman:60)
Komentar
Posting Komentar