My Journey At Montasik District
Assalamu’alaikum, teman-temanku, good morning, anyeong
haseyo, selamat pagi, hei! It’s ramadhan month, what your plan to do ibadat in
this holy month? Yes, ramadhan bulan penuh kemuliaan dan berkah sudah
menghampiri bumi. Hari ini, 10 Juli 2013, saya menjalankan ibadah puasa ramadhan di hari pertama tahun 2013, Bismillahirrahmanirrahim…
Montasik. Ya, salah satu kecamatan yang ada di wilayah Aceh
Besar. Kecamatan ini memiliki empat wilayah administrasi (kelurahan) yakni
Mukim Bukit Baro, Mukim Montasik, Mukim Piyeung, dan Mukim Sungai Makmur. Nah,
dari ke empat mukim ini, terdapat 53 desa yang menyebar di seluruh kecematan.
Lantas, ada apa dengan Montasik? O_O
Well, Montasik alias Montase
(julukan keren dari warga setempat)
adalah tempat saya dan ke lima anggota kelompok yang lain (Zaki, Suci, Jida,
Ayi, dan Fasmitra) menunaikan tugas kampus yakni Kuliah Kerja Nyata (KKN)
selama sebulan penuh di kecamatan ini. Kami berenam apakah sudah saling kenal
sebelumnya? Haha, jawabannya not yet, ibarat
enam orang yang tak pernah saling kenal tiba-tiba dipersatukan di sebuah desa
dan menjalani kegiatan bersama selama 30 hari. Wow, amazing??
sungai Dho yang ada di lintasan jalan menuju Montasik ^^ |
Saya berpose di jembatan yang dibangun mahasiswa Teknik Unsyiah di Desa Lampaseh Krueng |
Tapi, untuk lebih memperdalam makna KKN, saya akan jelaskan
sedikit. Bagi para mahasiswa pasti udah gak asing lagi dengan istilah yang satu
ini. KKN merupakan mata kuliah wajib dengan bobot 3 SKS sebagai landasan (Haha,
bahasanya), maksudnya sebagai syarat wajib agar dinyatakan lolos nulis skripsi nantinya di semester akhir.
^_^
Foto bareng siswa Kelas 1 C SMP 1 Montasik, ini merupakan kegiatan kami saat KKN |
Nah, KKN periode Juni-Juli 2013 kali ini diadakan selama
sebulan penuh, dan berbarengan dengan bulan puasa pula. (So what?? Hehe…Nothing! ) Dalam pelaksanaannya, kami berenam
memiliki program kerja masing-masing dan juga punya program kerja kelompok
juga. Nih, program kelompok yang sudah berhasil kami lakukan ialah kerja
bakti bersama warga desa diikuti menyantap bubur kacang hijau bersama. Alhamdulillah,
Aduh lupa, keasyikan cerita, saya sampai lupa ngasih tau
nama desa tempat kami ditugaskan sebagai mahasiswa yang wajib mengabdi pada
masyarakat selama sebulan ( halah, kepanjangan
definisi). Baiklah, nama desanya
ialah “Lampaseh Krueng”, memiliki empat dusun, warga setempat yang ramah, geuchik (sebutan untuk kepala desa di Aceh)
yang baik hati dan suka membuat rujak, anak-anak pasantren yang suaranya
ngalahin toak di musolla, dan banyak ditemukan pohon belimbing wuluh di
berbagai sudut. Keren bukan!! Hehe….siapa
dulu dong, Lampaseh Krueng Oyee..
Hari ini tepat 17 hari kami stay di Lampaseh krueng, bahkan hari ini juga merupakan first day of ramadhan month 2013 and first experience
to us to do fasting in Lampaseh Krueng, Montasik Districts. Pada mau saya
ceritain gak gimana hari meugang di sini? Mana-mana
tangan di atas!! Haha..
Ini dia, hari meugang.
Bagi orang Aceh meugang adalah hal yang wajib dilaksanakan, meugang sendiri merupakan
tradisi warga Aceh menyambut bulan puasa, lebaran Idul Fitri, maupun Idul Adha.
Tiap-tiap rumah maupun balai desa memasak masakan khas
daerah masing-masing, ada berupa rendang, sup tulang, ayam sambal, dan masakan
lainnya. Tapi, jangan heran kalau daging rendang kurang laku di Aceh Besar,
Anda bisa meninjau langsung ke lapangan kalau gak percaya. Hehe.
Alasan tidak lakunya daging rendang sebenarnya sepele, Aceh
Besar punya makanan khas daerah mereka sendiri. Saking khasnya, makanan khas kabupaten
ini dilirik banyak media baik televisi maupun online untuk dijadikan objek
berita yang menarik untuk diangkat.
“Sie Reuboh” atau daging rebus. Dialah sang pemikat dan
membuat warga Aceh besar gak mau melirik makanan yang lain. Menu ini istimewa
dan laris manis di Aceh Besar, apalagi di momen meugang seperti ini. Maknyuss kalau kata pak Bondan
Sie Reuboh tengah dimasak :D |
Saatnya santap, mana pilihanmu? |
Sie reuboh juga tahan lama bila di simpan, rasanya gurih,
spicy, dan keasam-asaman. Ya, rasa asam datang dari cuka, pedas dari cabai merah,
rawit, ada juga pakai jahe, dan gurih datang dari bumbu-bumbu yang mudah di
dapat yakni bawang merah, putih, jeruk nipis, garam, juga tambahan lengkuas. Wuihh…kalau orang Korea bilangnya Masyitta
alias enakk…
Mandang-mandang dulu, bingung mau makan yang mana..hehe |
Baiklah, kita cukupkan membahas makanan super khas dan super
unik, Sie Reuboh ala Aceh Rayeuk (Aceh Besar). Masih mau dengar fenomena malam
pertama tarawih di Musolla Lampaseh Krueng? Mari ikuti saya.. (berasa kayak jadi guide di TV-TV o_o)
Mau bagaimanapun, nasi tetap jadi tuan rumah :D |
Malam hari…
Hujan membasahi Montasik, tak menciutkan niat kami, payung pun menjadi teman kami melintasi jalan menuju musolla, ayo kita sholat tarawih
berjamaah.
Ada yang berbeda disini, menurut pengalaman sudah pernah saya
rasakan di Lhokseumawe (kampung kelahiran) maupun Banda Aceh (tempat saya
kuliah), setiap usai sholat isya dilanjutkan dengan ceramah singkat yang disampaikan
seorang ustadz untuk diperdengarkan kepada jemaah tarawih yang budiman. Tapi, di
musolla Lampaseh Krueng, ceramah hadir usai shalat witir. Loh kok? Well..inilah perbedaan yang sedikit membuat
saya dan teman-teman culture shock..hehe
Tapi tenang, sholat berlangsung lancar, walaupun ada
beberapa Ibu-Ibu yang membawa bocah-bocah kecil yang sedikit mempersempit gerak para jemaah sholat. Biasa, anak-anak tak berdosa itu asyik lari sana-sini
melampiaskan rasa gembiranya, (Tuhan Maha Kaya ^_^)
Saat tiba di musolla, beberapa anak-anak senyam-senyum
melihat kedatangan kami, mungkin saja mereka bahagia karena kakak-kakak dan
abang-abang yang mengajarkan mereka di pasantren ikut salat tarawih bareng
dengan mereka. Yuhuuu..berasa jadi artis
sesaat di kampung orang :D
Jam 10 malam, sholat usai setelah sebelumnya ceramah tarawih
diisi oleh Imam Mesjid, Teungku Hasyim Abdullah, sosok pria berusia senja yang
memakai kopiah hitam bulat dan sorban dilehernya. Lewat bahasa Aceh, ia
sampaikan dakwah tentang kemuliaan bulan ramadhan, dipadu mikrofon dihadapnya,
Teungku Hasyim Abdullah berbagi ilmu pada kami semua. Subhanallah,^_^
Tapi, ya lagi-lagi ada kata tapi. Saat kumandang ceramah berlangsung, mata ini
menangkap beberapa orang pria, baik tua dan muda menghisap rokok di dalam musolla.
Sungguh miris bagi saya pribadi, di tempat ibadah seharusnya benda perusak
tubuh itu tak perlu dipersilahkan masuk, biarkan ia kedinginan diluar dulu,
lagi pula asap putih yang siap meracuni siapa saja itu dapat mengganggu
atmosfer musolla. Ah, sungguh tidak nyaman. Ini pertama kali dalam hidup saya,
menemukan orang-orang yang stay cool
menghisap cigarette di area musolla. Pengalaman
saya yang sudah-sudah, saya hanya melihat beberapa pemuda yang ingin merokok
langsung mengambil tempat ke luar mesjid maupun musolla. Well, it’s different, mungkin warga setempat sudah terima dengan
kebiasaan ini.Maybe..
***
Subuh time, 10 Juli
2013
Saya dan beberapa warga setempat menunaikan shalat subuh di
Mesjid Montasik, tidak jauh dari area rumah tempat saya tinggal. Jamaah sholat subuh tidaklah padat, udara pagi
yang dingin bagai menusuk-nusuk tulang. Pegunungan di bagian utara masih
berselimut awan, sungguh rahmat Allah tiada tara.
Di perjalanan pulang dari sholat, saya temukan beberapa
anak-anak berbarengan mengendarai sepeda, mungkin mereka berencana menikmati
matahari terbit pagi ini. Begitu pula dengan beberapa pemuda yang membentuk
barisan lalu berlari-lari kecil, barangkali mereka melakukan senam sehat di
pagi hari. Namun di pertengahan jalan, saya temukan beberapa gerombolan
anak-anak maupun remaja mengendarai sepeda motor dengan gaya masing-masing,
melepas pedal gas dan mengarungi jalan dengan suara motor yang khas. Suasana
subuh kian ramai.
Waktu berjalan begitu cepat, saat sahur di hari pertama,
terngiang wajah mereka di rumah sana, bunda, bapak, Zura dan Romi, mereka pasti
rindu kehadiran saya dan juga adik saya yang masih mengikuti ujian akhir di
salah satu universitas di Jakarta sana. Suasana menonton drama Para Pencari
Tuhan Jilid 8 pasti kurang seru tanpa hadirnya kami berdua. Hehe…
Ya, rindu rasanya bergabung bersama mereka, ramadhan yang
sudah-sudah, kami masih bersatu bersama, tapi kini, jarak memisahkan, biarlah
kerinduan ini bertahan untuk beberapa hari lagi. Insya Allah, saya berharap
usai KKN dapat pulang dan menikmati puasa bersama mereka semua. Aminnnn
This my true story about journey in Montasik, my volunteer
day here during 30 days to get new experience. I hope I can join till end and
everyone who I know in this village is good person and I don’t forget this
memories. ^_^
Lampaseh Krueng, Montasik 10 Juli 2013
Komentar
Posting Komentar